Wednesday, November 29, 2006

Self-Reflection

Situasi tenang sambil diiringi musik instrumen atau suara burung berkicau adalah momen yang paling tepat untuk melakukan perenungan, meditasi, ataupun hanya sekedar untuk menurunkan gelombang pikiran seseorang yang mungkin sedang stress.

Ditengah kesibukan orang kota, rasanya hampir tidak punya waktu untuk melakukan hal tersebut diatas. Saya mengamati dan mendengar sendiri dari beberapa rekan yang mulai beraktivitas kerja mulai 8 pagi hingga larut malam sekitar pukul 10 malam atau bahkan lebih larut lagi. Jadi banyak orang berpikir bahwa tidak ada waktu untuk melakukan perenungan atau refleksi diri.

24 jam tidak cukup ?
Apakah kita benar-benar sibuk ?
Atau malah ada masalah dengan pengaturan waktu kita ?

Kalau Anda perhatikan para rohaniwan dari Agama manapun, umumnya mereka memiliki saat-saat teduh dimana waktu untuk tenang, refleksi diri, dan berdoa rutin dilakukan. Lalu apa reaksi dalam kehidupan sehari-hari mereka ?. Anda bisa perhatikan sendiri pembawaan diri, dan cara mereka menanggapi masalah tertentu.

Mungkin sebagian orang akan bertanya, Mengapa kita perlu melakukan perenungan atau refleksi ke dalam diri masing-masing ?Hal ini menjadi sangat penting karena setiap orang diajak untuk mau melihat ke dalam dirinya masing-masing apa yang sudah diperbuat dan apa yang belum, sudah benarkah tindakan yang dilakukan, apakah diri kita yang selalu benar ?

Atasan memarahi bawahannya karena tidak pernah benar menjalankan instruksi. Tapi apakah atasan ini pernah memberikan pengarahan yang baik ?, apakah ini sudah menjadi perenungan untuk si atasan ?
Orang tua memarahi anak yang selalu huru hara, tapi apakah orang tua sudah memberikan perhatian yang baik untuk keluarga khususnya untuk anak-anaknya ?

Manusia memiliki ego-nya masing-masing. Sangatlah manusiawi memang. Tapi ketika ego sudah mulai mengontrol hidup seseorang, disinilah umumnya sebagai pemicu ketidakharmonisan hubungan baik itu di lingkup kerja, keluarga, hubungan teman.

Maka mengapa refleksi ke dalam diri menjadi salah satu hal yang perlu dilakukan, adalah agar kita mau mengkoreksi diri kita sendiri. Terkadang manusia paling mudah mengkoreksi orang lain, tapi saat orang lain ingin mengkoreksi diri kita tingkat penolakan umumnya jauh lebih besar. Oleh karena itu ketika Anda tidak mampu dan tidak mau menerima koreksi dari luar, Anda harus koreksi sendiri apa yang sudah Anda lakukan untuk orang lain.

Cari waktu dan tempat yang terbaik bagi Anda untuk melakukan refleksi diri mulai saat ini.

Friday, November 10, 2006

Past Event : Sales Training

Topics: Secrets of Sales Success

Setiap Kesuksesan seseorang tidak terjadi secara kebetulan, tidak juga terjadi semata-mata karena nasib seseorang lebih baik dari yang lain. Akan tetapi selalu ada cara dan rahasia dibalik keberhasilan seseorang. Hal ini berlaku dalam segala bidang, begitupula dalam bidang sales. Dalam road-show training ini akan dibagi beberapa inspirasi dan tips bagaimana memaksimalkan potensi dalam diri seseorang untuk mencapai target sales yang ditentukan.

Jakarta
Date : 13 - 17 November 2006
Venue : Balai Kartini

Time : 13.00 - 17.00 WIB

Semarang
Date : 20 November 2006
Venue : Hotel Horison
Time : 13.00 - 17.00 WIB

Surabaya
Date : 22 November 2006
Venue : Garden Palace
Time : 13.00 - 17.00 WIB

Bandung
Date : 24 November 2006
Venue : Grand Aquila Hotel
Time : 13.00 - 17.00 WIB

Medan
Date : 27 November 2006
Venue : Grand Angkasa Hotel
Time : 13.00 - 17.00 WIB

Note : To invite the speaker to your event, please contact via email :
mukkuang@gmail.com


Friday, November 03, 2006

Give and Take


Apa yang paling menyenangkan dalam hidup ini, tanya seorang orang tua kepada anaknya. Sang anak-pun menjawab paling senang kalau menerima hadiah, tidak hanya pada hari ulang tahun, tapi kalau bisa tiap hari.
Memang tidak bisa dipungkiri kalau yang namanya menerima sesuatu apalagi kalau yang memang kita tunggu-tunggu adalah momen yang paling menyenangkan. Menjadi objek yang diberikan sesuatu oleh pihak lain sangat diharapkan oleh beberapa orang. Tapi bagaimana kalau menjadi subjek yang memberikan sesuatu ke orang lain ?

Umumnya pernyataan seseorang akan mengatakan seperti demikian "Saya akan memberi kalau saya diberi lebih dahulu, biar tidak rugi", Kalau saya memberi lebih dulu, untungnya saya apa?" Pernah mendengar pernyataan serupa ?, atau mungkin kita sendiri pernah mengatakan demikian.

Apa sih yang harus diberi ?
Apa sih yang harus dibagi ?
Rejeki-kah ?, Uang-kah ?, Harta-kah?, Perhatian-kah?

Semua dikembalikan kepada masing-masing individu, apa yang mau dibagi dalam hidupnya untuk orang lain. Inti dari Berbagi bukan kepada Apa yang di bagi tetapi lebih kepada Bagaimana Anda berbagi.
Anda bisa saja memberi sebagian profit Anda, Anda bisa saja berbagi perhatian Anda kepada orang yang membutuhkan, Anda bisa saja berbagi ilmu ke orang lain, tetapi yang paling penting adalah apakah semua itu dilakukan atas pemikiran untung-rugi atau memang datang dari dalam diri Anda.

Life is not about Taking from Others, but Giving to Others

Thursday, November 02, 2006

Sales = Service


Seorang Sales Manager melakukan proses interview kepada 2 kandidat salesman. Lalu sang Manager mulai bertanya kepada kandidat ke-1"Mengapa saya harus merekrut Anda?"Jawab kandidat pertama dengan nada yang sedikit sombong "Saya punya puluhan tahun pengalaman di dunia sales mulai dari asuransi, otomotif, bank, dll"

Meskipun memiliki segudang pengalaman sang Manager tampaknya masih kurang terkesan.

Sang Manager masih ingin mencoba melakukan tes untuk kandidat ke-2. Dengan pertanyaan yang sama dia bertanya "Mengapa saya harus merekrut Anda?" Lalu jawab kandidat ke-2 dengan mimik wajah yang tulus "Saya senang membantu orang lain, Saya suka pekerjaan yang sifatnya bertemu orang banyak, Saya senang melayani orang, dan ini yang membuat saya ingin mencoba di dunia sales meskipun saya tidak memiliki puluhan tahun
pengalaman"

Untuk lebih meyakinkan keputusannya, sang Manager mencoba membiarkan kedua kandidat melakukan percobaan menjual kepada pelanggan selama 1 hari. Setelah dievaluasi secara mengejutkan keduanya berhasil menjual dalam jumlah sama. Karena Sang Manager hanya butuh 1 salesman maka dia memutuskan untuk merekrut kandidat yang ke-2.

Kemudian Direktur Utama menanyakan ke sang Manager, apa alasan Anda merekrut kandidat ke-2, padahal dia tidak memiliki pengalaman.Yang menjadi alasan utama saya, jawab sang Manager adalah :"Perusahaan kita mencari Salesman yang tidak hanya menjual, tapi juga mau melayani pelanggan, dan saya melihat kandidat ke-2 memiliki itu. Kandidat ke-1 memang memiliki pengalaman, tapi semangat melayani tidak terlihat, dan saya tidak yakin akan ada repeat order"

Apa yang bisa kita pelajari dari cerita diatas ?

Salesman tidak hanya bertugas Menjual, tapi juga Melayani.

Jika Anda seorang salesman yang memiliki puluhan tahun pengalaman, Anda sebenarnya sudah memiliki modal, tetapi semua pengalaman tidak menjamin dalam menjual jika dari dalam diri tidak ada semangat melayani.

Jika Anda seorang Sales Manager yang memiliki banyak tim sales, Bangun tim Anda sebagai Good Service Sales Team. Karena dengan Good Service, maka Good Sales Result akan mengikuti. Jika Anda memiliki salesman
yang pandai, mengerti product knowledge, apakah dia sudah baik dalam hal Service ?

Banyak orang berpikir bagian Melayani Customer itu adalah pekerjaan Customer Service bukan pekerjaan seorang salesman. Seorang salesman hanya fokus kepada bagaimana terus menciptakan penjualan.Jika Anda juga berpikir hal yang sama, lebih baik Anda mengubahnya karena tanpa service, tidak ada sales, tidak ada repeat order, tidak ada yang namanya customer satisfaction.

Jumlah salesman yang mengerti seluk beluk produknya tergolong dalam mayoritas, tapi jumlah salesman yang mengerti bagaimana membuat customernya senang masih dalam golongan minoritas. Anda mau ikut golongan yang mana ?

Pemahaman yang baik dengan produk yang dijual hukumnya wajib. Dan pemahaman akan produknya akan sia-sia jika tidak didukung dengan pelayanan yang baik dari salesman.

Mau membuat customer Anda 'Mad' atau 'Happy'?, it's a matter of Your Service.